Taman Nasional Ujung Kulon

Tempat Mempesona Yang Mungkin Belum Anda Tahu

Hutan rimba dan lautnya yang sehat merupakan surga bagi badak jawa dan binatang langka lainnya 

seperti rangkong, merak, banteng, lumba-lumba, bahkan dugong.

Hutan Dataran Rendah Terbesar di Pulau Jawa

Ujung Kulon adalah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti Ujung Barat. Setelah bencana tsunami yang diakibatkan letusan Krakatau pada tahun 1883, 78.619 ha area di wilayah Ujung Kulon tidak lagi dihuni oleh manusia hingga saat ini. Saat ini wilayah Semenanjung Ujung Kulon bersama dengan beberapa pulau di sekitarnya berstatus taman nasional dan menjadi hutan dataran rendah terbesar di Pulau Jawa.

Taman Nasional Ujung Kulon dikenal dunia sebagai rumah alami terakhir bagi badak jawa. Namun tidak hanya badak jawa, hutannya yang lebat dan lautnya yang sehat merupakan surga bagi binatang langka lainnya seperti rangkong, merak, banteng, lumba-lumba, bahkan dugong.

Taman Nasional Ujung Kulon berjarak sekitar 200 km dari Jakarta. Karena tidak begitu jauh dari Ibu Kota Negara Indonesia dan kota-kota sekitarnya seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor, Taman Nasional Ujung Kulon adalah destinasi yang sangat menarik untuk sejenak melepaskan diri dari kesibukan dan tekanan kota.

Pariwisata Bentang Alam 

Melalui keputusan Menteri Kehutanan pada 26 Februari, 1992, Ujung Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas 122,956 ha. Terdiri dari 78,619 ha area dataran dan 44,337 ha area laut.  

Seperti layaknya hutan hujan tropis, dataran Taman Nasional Ujung Kulon ditumbuhi oleh pohon yang sangat tinggi (mencapai 50 meter). Pohon-pohon tersebut memiliki daun yang sangat lebat yang membentuk kanopi. Berbagai jenis pohon dengan berbagai ketinggian menutupi area dibawah kanopi pohon tertinggi. Lebatnya dedaunan menghalangi sinar matahari sehingga tanah di dalam hutan cenderung lembab dan ditumbuhi lumut serta jamur.

Jalur setapak yang dibuka untuk pengunjung antara lain jalur menuju Tanjung Layar yang juga merupakan ujung paling barat pulau Jawa, jalur menuju Pantai Ciramea yang merupakan lokasi penyu bertelur, dan jalur menuju Karang Copong yang membelah Pulau Peucang, yang merupakan rumah lebih dari 60 spesies burung.

 Datang dan coba jelajahi jalur-jalur setapak di Taman Nasional Ujung Kulon. Hiruplah kesegaran hutan ini sedalam-dalamnya dan dengarkan nyanyian burung yang semakin sulit kita temukan sehari-hari.

Selain di Pulau Peucang, sebenarnya tidak mudah menemukan hewan liar di Taman Nasional Ujung Kulon. Terlebih badak jawa. Karena hewan tersebut sangat pemalu dan seperti kebanyakan hewan lainnya badak juga menghindari manusia. Jika anda ingin menemukan hewan endemik di Taman Nasional Ujung Kulon dengan mudah, salah satu destinasi yang populer adalah Savana Cidaon, Cidaon Grazing Ground. Saat pagi dan sore di kawasan ini dengan mudah ditemukan kawanan badak yang sedang merumput. 

Taman Nasional Ujung Kulon juga merupakan destinasi impian bagi para peselancar (surfer) dunia. Terutama lokasi di sisi barat Panaitan yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Para peselancar dari berbagai belahan dunia bermimpi untuk dapat menaklukan ombak besar di Panaitan.

Destinasi lain yang juga populer di Taman Nasional Ujung Kulon adalah Sungai Cigenter di Pulau Handeleum. Kegiatan yang bisa dilakukan di sini adalah canoeing menyusuri sungai. Sensasinya sangat unik karena kita sebenarnya tengah menyusuri habitat phyton dan buaya; tetapi asrinya suasana membuat kita tenang dan segar. Badak jawa juga beberapa kali ditemukan di lokasi ini.

NIKKI Peucang Resort @ 2024
Open chat
Need help? Chat with us
Hello,
Can we help you?