Berkenalan Dengan Karang Copong
Warisan Geologi yang Ada di Pulau Peucang
Geopark Ujung Kulon

Geopark Ujung Kulon akhirnya resmi ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 10 November 2023, dengan diterbitkannya SK Menteri ESDM Nomor 393.K/GL.01/MEM.G/2023. Sebelumnya, mungkin perlu disebutkan bahwa area yang termasuk dalam Geopark Ujung Kulon ini berbeda dengan area Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). TNUK hanyalah salah satu dari area Geopark Ujung Kulon yang luas penempatan kawasannya mencapai 1.245 km persegi. 

Geopark Ujung Kulon menempati delapan kecamatan di Kabupaten Pandeglang, yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, dan Sumur. Selain itu, seperti yang telah disebutkan, geopark ini juga menempati kawasan TNUK beserta pulau-pulau kecil yang termasuk dalam kawasan atau berada di sekitarnya yaitu Pulau Liwungan, Oar, Handeleum, Peucang, dan Panaitan. Sebanyak 14 Warisan Geologi telah ditetapkan di dalam kawasan Geopark Ujung Kulon. Berita baiknya, salah satu Warisan Geologi itu berada di Pulau Peucang.

Warisan Geologi (geoheritage) adalah Keragaman Geologi (geodiversity) seperti bebatuan, mineral, atau fosil, yang indah, langka, dan unik. Geodiversity ini punya nilai spesial sebagai Warisan Geologi karena menjadi rekaman peristiwa yang pernah atau sedang terjadi di bumi. Dan karena keistimewaannya tersebut, Warisan Geologi bernilai ilmiah tinggi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan pendidikan kebumian.

Warisan Geologi yang berada di Pulau Peucang adalah salah satu dari 4 Warisan Geologi yang berada di dalam kawasan TNUK; yaitu (1) Karang Copong di Pulau Peucang, (2) Batupasir Citambuyun di Pulau Panaitan, serta (3) Tanjung Layar dan (4) Kompleks Sanghyang Sirah di Semenanjung Ujung Kulon. Tulisan ini akan mengajak anda untuk berkenalan dengan Warisan Geologi yang ada ada di Pulau Peucang, yaitu sebuah batu karang besar dan indah yang biasa disebut sebagai Karang Copong.

Berjalan Santai Menuju Karang Copong

Karang Copong bukanlah destinasi wisata baru di Pulau Peucang. Bagi pengunjung yang berminat dengan kegiatan trekking, eksplorasi hutan, pengamatan burung, dan pengamatan binatang liar, NIKKI Peucang pasti menawarkan kegiatan mengunjungi Karang Copong. Dengan berjalan santai, Karang Copong dapat dicapai dalam jangka waktu sekitar 1 jam 30 menit dari NIKKI Peucang Resort.

NIKKI Peucang Resort letaknya di sebelah tenggara Pulau Peucang dan Karang Copong letaknya di sebelah barat laut. Jadi ketika berjalan santai dari lokasi NIKKI Peucang Resort menuju Karang Copong, pengunjung akan mendapatkan pengalaman berjalan dari satu sisi pulau ke sisi pulau yang berseberangan dengannya, atau dengan kata lain membelah belantara hutan rimba Pulau Peucang.

Di sepanjang jalan setapak, pengunjung akan bertemu dan berkenalan dengan beragam pepohonan yang tumbuh di hutan hujan tropis yang sangat subur di Pulau Peucang. Pepohonan yang dapat ditemui di sepanjang jalan setapak ini adalah model atau contoh dari flora yang dominan tumbuh di pulau itu. Diantaranya adalah pohon bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterspermum diversifolium), jambu-jambu (Eugenia sp.), ki hideung (Hydnocarpus heterophylla), bayur (Pterospermum javanicum), kiara (Ficus sp.), kigula (Chisocheton sp.), lampeni (Ardisia humilis), kicalung (Diospyros sp.), hingga merbau (Intsia bijuga).

Pengunjung biasanya terpana dengan besar dan tingginya pepohonan yang tumbuh di Pulau Peucang. Rata-rata pohon yang tumbuh di pulau ini mencapai tinggi hingga 40 meter. Pohon-pohon di Pulau Peucang selain tinggi juga memiliki batang yang sangat lebar. Salah satu pohonnya, yang bernama Pohon Kiara, bahkan memiliki diameter mencapai 20 meter dan menjadi pohon ikonik di pulau ini.

Pepohonan yang lebat dan tumbuh subur di Pulau Peucang adalah rumah yang nyaman bagi para binatang. Pulau Peucang menjadi salah satu pulau yang spesial karena pengunjung dapat dengan mudah melihat berbagai hewan liar yang eksotis. Bahkan, hewan-hewan di Pulau Peucang jauh lebih mudah ditemui ketimbang di seluruh wilayah TNUK.

Salah satu yang mudah ditemui adalah rangkong. Pengunjung sering melihat burung langka dengan bunyi kepak sayap khas ini terbang dengan indah melintasi langit di atas laut lalu menghilang ke dalam hutan. Ketika berjalan menyusuri hutan Pulau Peucang, pengunjung mungkin melihat rangkong sedang bertengger di dahan-dahan pohon besar.

Selain rangkong, ketika berjalan menuju Karang Copong, pengunjung mungkin bertemu aves lain yang juga langka yaitu merak. Burung ini sangat teritorial dan tidak suka terlihat manusia sehingga memilih bersembunyi di dalam hutan Pulau Peucang. Mereka agak sulit ditemui, apalagi jika mendengar gemerisik langkah kaki pengunjung yang menjejak daun-daun kering. Meski tidak dapat kesempatan bertemu, ketika berjalan melintasi jalan setapak menuju Karang Copong, kadang pengunjung bisa mendengar suaranya yang besar, dalam, dan menggema, memberi peringatan kepada merak lain untuk menjauh dari manusia.

Babi hutan, rusa jantan, monyet, adalah hewan lain yang hidup dengan sehat di Pulau Peucang dan dengan mudah ditemui pengunjung bahkan tanpa perlu memasuki hutan. Namun, ada beberapa yang memilih tinggal dalam hutan. Terutama rusa jantan muda yang baru tumbuh tanduk. Rusa jantan, terutama yang masih muda, cenderung bersembunyi di dalam hutan karena takut bertemu dengan rusa jantan lain yang telah kuat tanduknya dan diajak berduel. Jika rusa jantan muda kalah dalam duel dan tanduknya patah, maka ia kehilangan pesona untuk menarik perhatian rusa betina saat musim kawin tiba.

Karang Copong, Warisan Geologi Geopark Ujung Kulon

Separuh dari Pulau Peucang berdiri di atas karang. Kedalaman tanah di Pulau Peucang terbatas oleh karang dibawahnya. Akar tumbuhan jadi tidak bisa menancap terlalu dalam. Kondisi ini yang membuat pohon-pohon di Pulau Peucang rentan tumbang saat musim angin kencang. Karang Copong layaknya monumen besar yang menegaskan kondisi bahwa Pulau Peucang adalah pulau karang.

Sebelumnya, kami tidak pernah menaruh perhatian pada aspek geologis dari Karang Copong. Ia hanya kami anggap sebagai bukit karang besar yang indah yang entah bagaimana ada di tempatnya. Namun dengan ditetapkannya sebagai Warisan Geologi, kami jadi menyadari Karang Copong adalah bagian istimewa dari bumi, yang terbentuk dalam jangka waktu yang sangat lama, yang mempunyai ceritanya dan perannya sendiri untuk bumi.

Menurut pakar geologi, Karang Copong terbentuk dari bantuan gamping. Batu gamping adalah batuan sedimen, atau batu yang terbentuk dari pengendapan materi yang terkikis oleh berbagai unsur seperti air dan udara, Materi yang menyusun batu gamping sebagian besar adalah kalsium karbonat yang berasal dari sisa-sisa organisme laut seperti kerang, siput laut, kerangka binatang, ganggang, dan koral yang sudah mati.

Batu gamping dibedakan jadi dua jenis yaitu batu gamping non klastik dan batu gamping klastik. Batu gamping non klastik adalah batu yang murni terbentuk dari koloni binatang laut, terutama terumbu dan koral, dan belum banyak mengalami pengotoran dari mineral lain. Sedangkan batu gamping klastik adalah hasil rombakan batu gamping non klastik karena proses erosi oleh air, perpindahan tempat, dan faktor lain. Selama proses perombakan tersebut, mineral lain akan terikut, mengotori dan memberi warna pada batu gamping. Pada umumnya, batu gamping bentuknya berlapis-lapis. Struktur organik yang mengendap dan mineral lain yang terikut akan memberi struktur dan warna pada tiap lapisan.

Karang Copong sendiri terbentuk dari batuan gamping klastik yang dilapisi oleh butir batuan berukuran pasir yang terbentuk dari materi karbonat, atau disebut kalkarenit, dan batu gamping terumbu. Batu gamping terumbu adalah endapan terumbu di laut yang tidak mengalami proses perpindahan tempat.

Bersama dengan Warisan Geologi lain di TNUK yaitu Tanjung Layar yang berada di Semenanjung Ujung Kulon. batuan di Karang Copong masuk dalam Formasi Cikancana. Formasi Cikancana adalah kelompok batuan yang dihasilkan dari erupsi gunung api purba yang terjadi sekitar 25 juta tahun lalu atau pada awal periode Miosen.

Salah satu keistimewaan Karang Copong adalah adanya lubang besar di tengah tebing karangnya. Copong adalah bahasa Sunda yang bisa berarti copot, lubang, atau kosong. Ada cerita menarik dari masyarakat lokal tentang lubang di tengah Karang Copong, yang sebenarnya diakibatkan oleh abrasi air laut pada bagian lemah dari tebing karang ini.

Konon, Karang Copong dahulu adalah tempat latihan kebatinan para pejuang Ki Buyut Ireng atau Syech Raja Angling Darma dari kerajaan Salakanagara yang disinyalir berdiri pada tahun 130 masehi. Bagi pejuang yang ilmunya kurang, akan copot atau hilang kekuatannya saat berlatih di Karang Copong. Menurut para tetua, agar ilmu tidak kosong atau copot seperti lubang di Karang Copong, maka mereka harus mengisi diri dengan ilmu agama, dan menguatkan keimanan serta ketaqwaan terhadap Tuhan.

Jadi, apakah anda tertarik mengunjungi Warisan Geologi Karang Copong di Pulau Peucang?

Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran tur terbaik.

WA: +62 811 6112 772

Email: [email protected]

NIKKI Peucang Resort @ 2024
Open chat
Need help? Chat with us
Hello,
Can we help you?