Akhir rute ini adalah tebing karang terjal yang dari laut tampak seperti layar yang besar, sehingga dinamakan Tanjung Layar.
Oleh kapal-kapal yang datang dari arah Samundra Hindia , tebing ini menjadi tanda pintu masuk menuju Selat Sunda di sisi sebelah timur. Selat Sunda mulai menjadi terowongan laut yang sibuk oleh para pedagang internasional pada abad ke-16. Ketika Malaka jatuh dalam kekuasaan Portugis pada tahun 1511, para pedagang muslim seperti yang berasal dari Gujarat mulai mencari rute perdagangan baru ke Nusantara. Mereka memilih untuk menjalin hubungan dengan Kesultanan Muslim Banten ketimbang dengan Portugis yang menganut Kristen. Saat datang ke indonesia pada tahun 1596, Belanda juga menghindari Selat Malaka dan memilih untuk memasuki wilayah Nusantara melalui Selat Sunda demi menghindari pasukan Portugis.
Sebagaimana jalur maritim yang sibuk, mercusuar akan dibangun sebagai penanda gerbang pelabuhan atau tanda bahaya adanya karang besar dan wilayah perairan dangkal. Mercusuar pertama di Tanjung Layar dibangun pada tahun 1877. Bangunannya berupa menara rangka logam bercat hitam berbentuk persegi setinggi 16 meter. Struktur bangunan ini rusak akibat gempa bumi pada 1 September 1880. Hanya tiga tahun setelah didirikan.Mercusuar kedua segera dibangun. Belum ditemukan keterangan kapan mercusuar kedua ini dibangun. Bangunannya berupa menara batu bata bercat putih. Pada tahun 1906 mercusuar kedua ini kembali rusak oleh gempa bumi. Ada kabar yang beredar kalau pondasi bangunan ini masih utuh dan dijadikan tampungan air hujan oleh petugas. Mercusuar kedua digantikan oleh menara rangka besi. Mercusuar yang masih beroperasi di Tanjung Layar saat ini adalah menara keempat, berupa kerangka besi berbentuk kotak, yang dibangun pada tahun 2005.